AFFANDI BERBICA
(1907-1990)
PENDAHULUAN:
===============
Affandi adalah seniman Indonesia
pertama
|
|
SEJARAH SENI DAN SENIMAN:
========================
CHRIS:
Seniman modern yang mana yang anda suka?
AFFANDI: Ada beberapa
kritikus yang mengatakan bahwa saya terlalu banyak
dipengaruhi oleh Van Gogh. Yang lain mengatakan bahwa Van Gogh dan saya berada
dalam satu perahu-perahu ekspresionisme. Ini berarti ada titik pertemuan di
antara kedua
seniman ini. Tapi saya pikir Affandi adalah Affandi dan Van Gogh adalah Van
Gogh,
terserah apa kata orang. Diantara seniman ekpresionisme yang saya paling sukai
adalah
Edward Munch dan Toulouse Lautrec. Saya tidak begitu suka Renoir. Saya rasa
lukisan
Renoir terlalu lunak. Sebagi seniman saya tidak punya pertentangan idealis
dengan Renoir.
Karena saya tidak suka bukan berarti karyanya jelek.
CHRIS:
Bagaimana kalau seniman individu harus berurusan dengan sejarah
seni?
AFFANDI: Tanpa
memperdulikan apakah pertanyaan ini tentang sejarah seni di
Indonesia maupun di tempat lain, itu tergantung pada pelukisnya sendiri apa yang
dia mau. Sangat sulit untuk mengetahui kebenaran atau motivasi tentang seni dari
seniman lainnya dalam sejarah seni; tapi kalau saya sendiri, tentu saya tahu.
Apakah
‘seni modern’ itu di Indonesia atau di Eropah, masih tergantung pada orangnya
seniman
itu sendiri sebagai individu. Itulah kebenarannya. Dalam dunia modern ini,
seniman-
seniman di Indonesia tidak mau ketinggalan; tidak mau gagal; dan tidak mau
tertinggal
dalam mengembangkan ide artistik mereka. Apalagi, anda ingat beberapa seniman
individu
yang pintar (sebelum ilmuwan pergi ke luar angkasa) mereka sudah mengadakan
perjalanan
ke luar angkasa walaupun hanya dalam imajinasinya. Ha Ha!
Juga, ada banyak
persaingan, pertentangan, perang, banyak penderitaan sedangkan orang-orang
harus memenuhi kebutuhan dasar hidup. Saya pikir daripada melakukan hal-hal yang
modern
dan pergi ke luar angkasa, lebih baik memikirkan apa yang seorang seniman bisa
lakukan disini
(di bumi ini) dimana perjuangan hidup sehari-hari itu nyata sekali. Anda setuju?
CHRIS:
Tentu. Apakah anda menyarankan bahwa seni modern atau tradisionil
sebagai jalan keluar dari kemiskinan?
AFFANDI: Bukan begitu.
Misalnya, saya melukis bukan untuk menjadi kaya,
bukan karena saya ingin menjadi terkenal, tapi karena harus. Ini, saya tidak
tahu namanya dalam bahasa Inggris, disini disebut ‘Panggilan Jiwa’.
Apakah saya dikenal atau tidak, apakah lukisan saya terjual atau tidak,
sebenarnya tidak penting. Hanya terus melukis, itu yang harus saya lakukan.
Saya sarankan kepada
orang tua saya, daripada Jadi, saya tinggalkan
sekolah. Mereka berusaha |
|
CHRIS: Semua ‘isme’
seperti Ekspresionisme, Surealisme, Realisme,
Abstrak, Modernisme dan Post Modernisme sangat mengkuatirkan karena
itu hanyalah tiket supaya seniman bisa masuk ke dalam sangkar.
AFFANDI: Ya, benar. Para
ahli sejarah seni hanya mau membicarakan
tentang sesuatu. Tapi, apalah arti sebuah nama? Tidak banyak.