PRANOTO BERBICARA

                             (1952- Sampai Sekarang)


 
PENDAHULUAN:

 ==============

 Pranoto telah tinggal di Ubud, Bali sejak tahun 1974.
 Dia dilahirkan di Solo, Jawa Tengah. Dia adalah
 seniman otodikdak yang sudah mulai melukis sejak
 tahun 1968. Setelah bertahun-tahun melukis dan
 menggambar dengan menggunakan bermacam-
 macam media, Pranoto telah berhasil
 mengembangkan kepribadiannya sendiri melalui
 karya-karyanyanya yang penuh tanggung jawab.
 Dalam 8 tahun terakhir ini perkembangan itu juga
 mencakup mengajar seni, mendirikan studio yang
 digunakan untuk menggambar model bersama serta
 berdiskusi dengan seniman lain. Karya-karyanyanya
 telah sering dipamerkan baik di Bali maupun di
 Jakarta, Malang, Solo, Surabaya dan Yogyakarta.
 Pada tahun 1996, bersama istrinya Kerry Pendergrast
 (yang juga seorangpelukis/penggambar),
  Pranoto membuka Pranoto's Art Gallery.
 Galeri kekeluargaan ini mempunyai website
 www.age.jp/~pranoto. Silahkan hubungi websitenya
 untuk melihat dan mendapatkan keterangan yang
 lebih lanjut.
 

 



Kerry in the Kitchen, 1994
Oil on canvas, 30 x 25 cm
 



Linda and Domestic Chores, 1983
Oil on canvas, 70 x 70 cm


 
PERMULAAN SEBAGAI
 SENIMAN:

 =======================

 CHRIS: Kapan anda pikir bahwa anda
 ingin menjadi seorang pelukis?
 PRANOTO: Saya mulai ketika saya berumur
 14 tahun atau sekitar itu. Saya lahir di desa
 dimana tidak ada seni visual modern.
 Keluarga saya, serta tetangga saya, mereka
 semua membuat batik. Waktu saya berumur
 13 atau 14 tahun saya memutuskan untuk
 menjadi seorang seniman. 

 CHRIS: Apabila semua teman di desa
 anda membuat batik, kenapa anda lain?
 
PRANOTO: Saya tidak berpikir bahwa saya
 ini lain daripada orang-orang di desa saya.
 Waktu saya pindah ke kota, saya melihat
 hal-hal yang lain, termasuk seni. Saya pikir
 jadi seniman itu ‘asik’. Di kota saya melihat
 dan tertarik dengan pelukis becak.
 Waktu itu, yang saya suka kerjakan,
 bukan gambar atau lukisan, tapi dalam
 bentuk tulisan kaligrafi. Waktu masih di
 sekolah dasar, saya banyak melakukan ini.
 Di kota, saya tidak hanya melihat kaligrafi
 tapi juga lukisan.
 

 
 CHRIS: Apakah anda melihat banyak
 karya cat air dan cat minyak seperti
 Dullah?

 PRANOTO: Pada tahun '60 dan '70an ada
 banyak seniman terkenal yang tinggal di
 Solo, seperti Dullah, Sudibio dan Sumitro.
 Mereka seperti idola saya. 5 tahun
 kemudian saya sendiri bertemu dengan
 mereka di Solo ketika saya sudah mulai
 menjalani dunia seni. Saat itu saya sudah
 bergabung dengan kelompok seniman di
 Solo. Untuk saya, Sudibio sangat bagus.
 Saya merasa dekat dengan karyanya yang
 dekoratif sementara Dullah adalah pelukis
 naturalis Indonesia yang terkenal dan punya
 murid banyak. 

 CHRIS: Apakah sulit pada waktu itu?
 PRANOTO: Kepercayaan diri saya terhadap
 seni masih sangat kecil pada waktu itu.
 Kesulitannya karena saya masih muda dan
 belum berpengalaman. Tapi memang selalu
 sulit.
 



Pura Dalem Ubud, 1977
Oil on canvas, 70 x 90 cm




Portrait of a Girl, 1978
Water colour on paper, 35 x 35 cm
 

 PARA SENIMAN GENERASI
 PENDAHULU:

 =========================

 CHRIS: Anda tahu seniman lain yang bisa
 bertahan seperti anda?
 PRANOTO: Banyak seniman sebaya saya yang
 masih terus melukis dan sudah menjadi terkenal
 sekarang. Sejak tahun 1965, banyak seniman
 yang tidak berani untuk terus melukis karena
 takut akan dituduh komunis. Saya, seniman
 muda yang termasuk beruntung bisa memasuki
 dunia seni, dimana seni adalah seni tanpa ada
 embel-embel politik yang dihubung- hubungkan
 dengan komunis. Tapi sekarang, walau korban
 dari generasi itu juga ada yang sudah menjadi
 terkenal.

 

 Kalau saya pergi ke Museum Ubud dan
 melihat karya-karya seniman dari tahun
 '40an mereka kelihatan berbobot.
 Lukisan mereka tetap bernilai tinggi,
 berkarisma dan kuat. Tentu saja gayanya
 berbeda, beda konsep dan ide daripada
 generasi berikutnya. Seperti dalam militer,
 makin banyak tentaranya makin banyak
 yang akan menjadi jendral. Dengan seni
 di Indonesia, makin banyak senimannya,
 makin baik nilai seninya. Kwantitas besar
 mempengaruhi proses mutu, mutu yang
 bagus mempengaruhi kwantitas.   




Quiet Beach, 1985
Oil on canvas, 120 x 110 cm

 

  Top                                           Back          Next